Senin, 30 September 2013

Gembel Juga Manusia

Andi Hendra Paluseri
Mahasiswa Magister Ilmu Hukum
Universitas Jayabaya
 
Sore tadi (18/5) sehabis pelaksanaan seminar Rancangan Undang-Undang Keamanan Nasional, seperti biasa saya menggunakan Busway sebagai moda transportasi untuk kembali ke rumah. Halte Pramuka menjadi tempat transit yang harus saya lalui.
 
Tak jauh dari tempat tersebut, saya melihat sepasang manusia yang mulai berkelahi (pria dan wanita) sementara teman-teman yang lainnya hanya melihat. Wanita tersebut mulai menjambak si pria dan si pria membalas dengan meninju perut wanita tersebut.
 
Kejadian tersebut menjadi tontonan banyak penumpang busway termasuk petugas TransJakarta. Hanya menjadi tontonan tanpa berinisiatif untuk memisahkan mereka.
 
Saya mulai memberanikan diri untuk meminta kepada beberapa petugas TransJakarta yang saat itu berada sangat dekat dengan perkelahian tersebut untuk segera memisahkan mereka. Namun entah dinyana jawabannya adalah “Itu para gembel, udah biasa”
 
Masya Allah! Apa kalau para gembel pukul-pukulan lalu bunuh-bunuhan lalu kita sebagai orang yang diberi tanggung jawab lebih oleh Allah, hanya membiarkan saja sampai hal tersebut terjadi? Apa kita tidak dimintai pertanggungjawaban terkait ketidakacuhan kita?.
 
Mereka memang gembel, tapi mereka memiliki hak untuk hidup. Hidup dengan aman tentunya. Jakarta yang merupakan kota modern dengan seribu satu isu dan karakter seharusnya menjadi mercusuar bagi kota-kota lain dalam penanganan isu tunawisma ini.
 
Apabila mereka dibiarkan begitu saja tanpa adanya penanganan, tinggal menungggu waktu bahwa bad multiplier effect terhadap warga Jakarta lain akan terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar